Seumur-umur dari 70-an kali terbang JKT-SBY-JKT baik acara pribadi maupun dinas kantor selalu naik yang kelas ekonomi, dan setiap masuk pesawat melalui pintu depan pasti tuh melewati business class cabin, ngiri kapan ya bisa nyobain di situ?
Pengalaman ini saya dapatkan saat mudik hari raya Idul Fitri 1436 H atau tepatnya tanggal 15 Juli 2015, ga niat sih sebenernya mau naik business class, jadi ceritanya 3 bulan sebelum hari H saya berburu tiket kereta untuk mudik, sayang gagal karena server KAI down dan cukup setengah jam sejak dibuka pembelian tiket online, tiket Kertajaya tujuan Pasar Senen – Pasar Turi langsung ludes terjual semua kursinya, begitu juga dengan menit-menit berikutnya untuk kursi kereta kelas bisnis maupun eksekutif.
Setelah gagal perburuan tiket kereta, nyari lah tiket pesawat dan waow amazing harganya udah di atas 1 Jutaan semua, padahal biasanya 400-600rb-an lah standarnya JKT-SBY. Untuk kelas Ekonomi Garuda 1,5 Juta, Batik 1,2 Juta, Citilink/ Lion air/Air Asia 1,1 Juta, wah-wah bener-bener ga rela naik kelas ekonomi harganya 2x lipat, pas browsing-browsing lagi eits ada Batik Air kelas Bisnis harga 1,3 Juta, ini kan emang harga standarnya kelas Bisnis Batik Air JKT-SBY setelah ditimbang-timbang kupikir kelas ekonomi dan Bisnis Batik Air selisih 100 rb saja finaly kupilihlah Batik Air Business Class ini, yang pada akhirnya tidak aku sesali pilihan ini ternyata setelah itu harga kelas bisnis melambung tinggi jadi 1,9 Juta.
Okay skip-skip perburuan tiketnya, 3 Bulan kemudian atau hari terakhir masuk kerja pagi tanggal 15 Juli 2015
udah ga konsen tuh kerjaan, pikirannya udah mudik ke Surabaya, sampai gara-gara ga konsen ini menyebabkan lalai dan denda Rp. 10 Juta oleh B* saat kembali masuk kantor. H-1 tepatnya saya dapat SMS dari Batik Air kira-kira isinya menyiapkan Personal Asisten di bandara. haha begini ya kalo kelas bisnis, merasa paling diperhatikan sampai disiapin Personal Asisten segala. dari Kantor jam 4 sore Pulang dulu ke kosan ambil koper, trus pesan Gojek ke stasiun Gambir lanjut deh Naik Bus Damri ke Bandara.
Nyampai Bandara Soeta Terminal 1C tepat pukul Jam 17.30 kemudian masuklah dan aq lihat udah ramai banget maklum suasana arus mudik tapi yang counter kelas bisnis sepi dan disambutlah oleh ambassador girl, proses check-in seperti biasa kemudian diantarlah saya oleh si-mbak ambassador yang sexy ke Gate C7 di mana separuhnya telah disulap menjadi Batik Air Lounge khusus penumpang kelas bisnis. Setelah diantar ke sini dipersilahkan menikmati fasilitas yang terdiri deretan kursi Sofa empuk dan makanan kecil dan yang paling aq suka premium jasmine tea merk Tasseo.
Jam 19.10 waktunya boarding meskipun nunggunya di Gate C7 tapi pesawat bisa di mana-mana, untuk penumpang kelas bisnis dianter naik mobil ke pesawat, namun karena waktu itu ada di Gate C6 jadi aq pilih jalan kaki saja berbaur sama penumpang kelas ekonomi, setelah masuk pesawat, ternyata yang biasanya dapat Airbus kali ini dapat Boeing 737-900 ER dengan kode registrasi PK-LBI duduklah aq di Kursi 3A dekat jendela dan penumpang ekonomi yang lain menatapku dengan tidak percaya, bagaimana bisa???
Ketika penumpang di belakang gaduh berebut naikin koper masing-masing, datanglah Pramugari membawa apple welcome drink dan cemilan kacang serta handuk hangat, setelah itu mau take-off dimatikan dulu tuh lampu cabin, ini yang menurutku amazing: cabin mood light-nya bagus banget biru-biru gimana gitu. Selanjutnya hidangan disajikan berisi buah anggur, kiwi, jeruk dan makanan ringannya brownies dan makanan beratnya ga tau namanya apa yang penting enak, trus dapat susu, serta dessert berupa Haagen-Dazs ice cream dinikmati sambil nonton film kartun HOME.
Sesaat setelah mendarat pengambilan bagasi juga ga perlu antri di conveyor belt tapi tinggal tunggu aja di mana terserah nanti ada petugas yang telp bahwa bagasi bisa diambil di counter baggage claim Batik Air, nah begitulah pengalaman pertama naik batik air yang dibiayain oleh uang THR tahun 2015.
Bagaimana dengan pengalaman mudik anda… ?